Cantik ituuu...


posted by Eline

No comments

Tulisan ini selain untuk mempercantik blog-ku, juga didedikasikan buat ikutan Looxperiments' 1st Blog Giveaway. Ikutan yuk! Klik ini deh...

Ini tentang aku dan diriku. Tentang bagaimana aku menyayangi dan mempercantik diriku, lewat sesuatu yang disebut dandan. Dulu, aku dan dandan, bukan paduan yang akan dilihat oleh setiap orang. Dengan melihat sekilas, orang akan tau, mukaku hampir tak pernah tersentuh blush on, masih untung kalo ternyata aku tau apa itu blush on. Peralatan 'tempur' yang aku punya saat akan pergi, hanya whitening cream yang olehku berfungsi sekaligus sebagai alas bedak dan bedak tabur.

Sebenarnya aku suka jadi cantik, tapi aku tak suka dandan.

kenapa?

Karena aku tak bisa.

That's the point. Aku tak bisa berdandan, walau deep down inside, sangat mengagumi seorang teman yang tangannya bergerak gemulai mengikuti alur garis diatas mata, atau saat dia memadukan warna bajunya dengan eyes shadow yang akan ia kenakan, atau... saat bibir tebalnya berubah jadi seksi hanya dengan satu gerakan mulus lewat sentuhan lipstik warna senada. Hmmm... cantik.

Kamu pikir aku tak pernah mencoba? kamu salah. Aku pernah, sangat pernah. Walau aku hampir nyaris tomboy, tapi aku suka diriku jadi cantik (Pernahkah ada wanita yang mengatakan tidak?). Di Bangku SMP, aku lulus dengan predikat tomboy yang melekat. Lengkap dengan kaos gombrong, jeans bekas bapakku muda dulu dan sepatu kets. Oiya, kenyataan bahwa rambutku panjang sepinggang memang tak bisa dikategorikan ciri-ciri cewe tomboy, tapi rambutku panjang hanya karena permintaan bapakku, dan itu ikal, kusam, kering, dan uummm... pernah liat film taun 90-an awal? Yah begitulah... Masuk SMA, gaya "be my self" ini sebenarnya ingin aku kukuhkan, tapi nyatanya malah tergusur telak demi melihat teman-teman baru yang.. yah.. cantik.

Ibuku yang terbiasa melihat aku dan baju gombrongku, tak pernah mengajariku berdandan, mungkin percuma pikirnya. Hahahah... Tapi, saat ibuku pergi arisan, diam-diam aku suka menyelinap ke kamarnya, menaburkan sedikit bedak, mencoba lipstiknya, dan mengoleskan eyes sahdow aneka rupa. Hasilnya, aku mirip tante-tante. Pueh... aku gagal menjadi cantik.

Tapi aku tak menyerah, diam-diam kusisipkan uang jajanku dan mulai membeli whitening cream. Permulaan yang bagus pikirku kala itu, sambil terus mengamati teman-temanku berdandan tapi pura-pura cuek. Dandanan mereka simpel, hanya dengan polesan bedak tipis dan lip gloss peach, mereka bisa berubah jadi cantik.

Tapi kenapa aku tidak?

So, i'm give up. Aku rasa aku memang susah jadi cantik, terima sajalah. Aku memotong pendek rambut ikalku atas persetujuan bapak, dengan alasan gerah jika main basket. Dan SMA lewat begitu saja tanpa aku berhasil jadi cantik.

Masuk kuliah, aku kos dengan 6 orang cewe yang semuanya bisa dandan. Eh, ga semua deng, ada satu yang se-'alam'. Anak sulawesi yang kuliah di fakultas teknik elektro, hahahha... Senang, senang, senang ada temennya ketika malam minggu tiba, dimana semua pergi kencan dan aku dan cewe Sulawesi ini jadi penunggu kost-kost-an. Kami dua cewe, tak bisa dandan, dan tak punya pacar. Miris.

Hingga pada suatu hari aku sadar, aku jatuh cinta pada seorang pria dari kelas sebelah. Pria inilah yang membuatku menyimpan sepatu ketsku, menanggalkan jeans bututku, mengganti kaos oblongku, dan menaruh diriku di depan kaca lalu belajar berdandan. Sekali, dua kali, tiga kali, berkali-kali aku coba, jangankan membuat garis alis yang seimbang, bahkan membubuhkan bedakpun kadang tak rata. Sebegitu parahnyakah diriku? Aku, kuliah belajar grafis dan layout, namun memilih warna yang harmoni dan me-layout mukaku sendiri aja ga bisa. Ironis.

Teman-teman kost ku yang prihatin melihat usahaku yang kayanya ga juga mengalami kemajuan berarti, berusaha membantuku habis-habisan pada suatu malam minggu di kencan pertamaku. Sebuah keberuntungan yang menakjubkan menurutku kala itu, karena aku yang belum juga bisa dandan, berhasil mendapatkan satu ajakan kencan dari pria yang aku sukai. Sebuah pencapaian yang hebat. Fantastis.

Siangnya, teman-temanku bekerja sama. Diajaknya aku ke Mall, dipilihkannya satu baju warna pastel dan rok sebawah lutut yang melayang ringan. Diseretnya aku kesalon, dan ikal rambutku dipertegas. Sesampainya di kost, aku diminta mengikuti pelajaran dandan singkat dari mereka. Diajarinya aku bagaimana menaburkan bedak agar rata sampai leher, dimana aku harus menaruh pangkal telapak tanganku di tulang pipi agar aku bisa menggambar alis yang seimbang, dan diperkenalkan aku dengan warna-warni lipstik, blush on, eyes shadow dan maskara. Semuanya di"tebarkan" ringan di mukaku, hanya agar aku lebih fresh dan senada dengan warna pastel bajuku. Dan yah, it's work. Di cermin itu tidak ada tante-tante yang aku liat dulu, tapi aku yang cantik. Manis.

Satu hal yang aku tahu, bahwasannya tanpa dandanpun aku cantik, tapi dengan berdandan, aku menyayangi diriku lebih. :)

Dandanku berhasil, kencanku berhasil. Kini, sepatu kets kejayaan itu tetap bertengger di rak sepatu, berdampingan dengan highheels hitam. Tas ransel juga tetap ada, tapi kali ini berisi semua kemeja dan kaos oblong. Dan kaca di kamar mungkin mulai bosan jika saya berdandan terlalu lama, meski hanya untuk dinikmati oleh sang pria si pengajak kencan, yang kini menjadi suamiku.

Leave a Reply

eh Lin, ceritamu itu...

Related Posts with Thumbnails