Untuk Satu hari di tanggal 17 Januari, 2008
Kembali berada disini.
Di beranda yang sama, dengan langit yang sama, di waktu yang berbeda. Kembali
bercerita tengang Bulan dan Bintang, yang kali ini disertai Matahari.
Aku ingat saat bintang
pernah ada disini beberapa tahun yang lalu, mengunggu sang Bulan yang pergi bermain
di balik awan. Bulan yang ditunggu kala itu, akhirnya muncul dengan
sendirinya. Mengintip perlahan dari awan di sebelah Timur Jawa. Tersenyum,
mencoba mencariku, si Bintang Kecil, yang sedang bermain diantara
bintang-bintang lainnya. Untungnya cahayaku kala itu masih cukup terang,
sehingga Bulan masih mudah menemukanku.
Dan malam ini, saat
bintang dan bulan sedang asik bermain bersama, tiba-tiba angin bertiup kencang.
Membawa awan-awan gelap berarak lebih cepat. Dan dalam sekejap awan-awan itu
membentuk hijab tipis yang makin cepat menebal memisahkan pandangan kami. Kami
tersesat.
Hujan mulai turun, dan
aku mulai kesulitan menemukan dimana bulan. Sampai akhirnya aku putus asa dan
memutuskan untuk pulang. Tanpa aku tahu, bahwa bulan masih ada disana, di taman
bermain itu, masih mencariku, masih membutuhkan aku untuk menemukannya.
Hujan kian melebat,
dan bulan pergi berteduh.
Bulan tak sendiri,
disana ada beberapa bintang lain yang juga terjebak hujan. Malam makin melarut,
seperti juga bulan yang kian melarut dalam obrolan ringan bersama
bintang-bintang lain, sambil mencoba menikmati derai hujan yang tak kunjung reda.
Sementara bintang kecil ini, bergelung dalam selimut hangat di rumahnya yang nyaman,
namun tak bisa tidur...
Bintang merasa bersalah
karena terlalu takut hujan dan terlalu cepat menyerah mencari bulan. Sekarang,
tak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa dan menunggu hujan mereda untuk
kembali mencari jejak sang bulan. Jika masih ada.
Tidak seperti dulu,
dimana aku duduk di beranda ini semalaman, kali ini aku bertahan hingga pagi
menjelang siang. Dimana bulan dan bintang yang aku lihat, kini berganti dengan
matahari.
Ah, matahari… aku tau
dia sangat indah walaupun belum nampak. Dari warna yang terpancar di batas
langit, aku tau bahwa dia sangat luar biasa. Dari hangatnya yang menggantikan
dingin malam, aku tau dia sangat hebat. Dari suara alam yang mengiringi
penampakannya, aku tau dia akan sangat mempesona.
Dan benarlah, tiba
saatnya dia muncul, seluruh alam raya menyambutnya dengan penuh suka cita.
Dengan semangat untuk menjalani hari. Dengan senyuman untuk menghiasi hati. Dengan
kehangatan di setiap sapa.
Hujan semalam pun
sudah berhenti. Menyisakan bau tanah basah, dan embun yang lebih montok dari
biasanya. Matahari makin meninggi dan kuat memancarkan panasnya. Mengangkat
sisa-sisa air hujan menjadi uap yang bercampur udara pagi. Terbawa angin,
menyebar, dan tak tampak lagi.
Aku sudah makin lelah
duduk di beranda ini. Secangkir coklat hangat yang aku seduh tadi malam, menyisakan
ampas tipis di dasar cangkir yang mulai berembun. Saatnya aku masuk,
meregangkan sedikit otot tangan dan pinggang. Ku tanggalkan jaketku dan
kutumpuk 2 bantal kursi untuk menyangga punggung dan leherku. Secarik kertas
kudapati tergeletak di tempat dimana aku mengambil salah satu bantalku.Aku baca perlahan
Dialah Matahari...Besar, kuat, dan terangMatahari tak pernah tau betapa besar manfaatnya bagi kita. Tapi kita tau betapa berartinya dia. Seperti juga dirimu, tak pernah tau betapa hebatnya dirimu. Tapi kita tau betapa istimewanya dirimu bagiku.Dialah Bulan…Tunggal, indah, dan tenangKehadirannya tetap selalu dinanti meski berganti dari purnama, sabit, dan hingga mati. Namun seindah apapun bulan, dia tetap membutuhkan pantulan cahaya matahari untuk membuatnya tetap bersinar menerangi malam. Seperti juga dirimu, selalu indah dihatiku walau kadang cahayamu meredup, merapuh , dan mati.Dialah Bintang…Kecil, berkerlip, dan banyakMeski kecil, kadang tak tampak, dan bisa saja diganti oleh banyaknya bintang lainnya, tapi Dia punya cahaya sendiri. Seperti juga dirimu, betapapun banyaknya bintang dilangit, orang akan selalu menunjuk ke arahmu, memilihmu untuk menuntun kapalnya barlayar dengan aman dan sampai tujuan.Bintang, Bulan , dan Matahari…tetaplah bersinar mempesona meski di sisi langit yang berbeda
Kulipat kertas itu dan
kuselipkan di saku. Mencoba istirahat sambil menikmati setangkup roti,
meninggalkan matahari menunaikan tugasnya, dan menanti malam datang lagi. Semoga
nanti malam, hujan tidak turun lagi. Sehingga bisa kulihat apakah nanti malam
masih ada bulan dan bintang yang bertengger di langit yang sama.