Satu bulan sudah sejak saya mendengar ucapan Ijab Qobul atas nama saya. Memutuskan untuk menikah di usia 24 ternyata bagi sebagian orang termasuk kategori menikah muda. Namun tetap ada juga sebagian lain yang iri karena ingin segera merasakan moment mendebarkan itu :p.
Well, terlepas dari apapun yang mereka pikirkan, saya merasa sangat bahagia atas pernikahan ini, atas pria ini, dan atas keputusan di usia ini. Cerita tentang bagaimana saya berdo'a, bertemu, menjajaki, dan kemudian menikah, mengalir seolah-olah saya memang mengambil keputusan dengan mudah. Kenyataannya, cerita yang ada tidak jauh-jauh dari skenario sinetron-sinetron indonesia yang templatenya sebenarnya sudah di hapal diluar kepala, namun tetap saja banyak penikmatnya.
Untungnya cerita saya tidak melalui proses mencintai pacar sahabat, atau kecelakaan dan hilang ingatan dan berpapasan di jalan tapi saling melihat ke arah yang berbeda, atau tidak disetujui karena bukan keturunan darah biru..hahahah...Saya bukan seorang penikmat sinetron, tapi saya tau dari para tante2 dan setengah yakin template sinetron indonesia tidak akan jauh berbeda. Maaf kepada para penulis skenario sinetron.
Mungkin yang saya pikir sama dengan skenario sinetron adalah adanya masa-masa saya senang, marah, sedih, dan nyaris putus asa. Namun pada 'sinetron' saya ini, director, penulis skenario, sutradara, sampai clapper-nya adalah Tuhan saya sendiri. Saya dan dia sebagai pemain utama, tinggal mengikuti apa kata sutradara dengan sedikit improvisasi di sana sini agar jalan cerita lebih natural. Dan ini tak akan enak dinikmati tanpa adanya keluarga dan sahabat-sahabat yang mengisi posisi suporting talent untuk menghidupkan ceritanya.
Tulisan ini saya persembahkan untuk keluarga kami berdua untuk percaya bahwa kami bisa memulai membuat keluarga baru. Terimakasih kepada sahabat saya yang mengetahui apakah saya sedang jujur atau sedang berusaha self denial. Terimakasih kepada sahabat yang telah rela menyediakan telinganya untuk mendengar saya menangis di jakarta. Terimakasih kepada sahabat yang membangun kembali kepercayaan diri saya, yang mendukung apapun keputusan gila yang saya hasilkan, yang menjadi setan ketika saya memang membutuhkannya.
Tuhan selalu punya skenario seru bagi masing-masing dari kalian. Ceritanya ga akan pernah basi. Walaupun cerita saya dan kamu mungkin sama, tapi belom tentu dengan endingnya. Keberadaan kawan dan sahabat mungkin akan membantu mengindahkan warnanya, namun pada akhirnya, tetap kita yang akan punya cara sendiri-sendiri untuk memilih ending dari tiap episodenya.
Mendengar...
Membuka hati...
Menelaah...
Melihat dari sudut pandang yang berbeda...
Memahami...
...hingga kemudian bisa...
Menerima...
Sekali lagi ucapan terimakasih ini tertulis,
Kepada Alloh Al-Mighty, atas hati dan petunjuknya
Kepada Keluarga, atas suportnya
Kepada para sahabat, atas cerita dan pandangannya
Kepada seorang dia, atas banyak hal yang tak ternilai
Terimaksih untuk menemani saya melawati beberapa babak untuk pembelajaran yang berharga..
Sampai jumpa di babak-babak selanjutnya.
...and the story goes...